Assalamualaikum Wr. Wb.
Pada postingan kali ini saya akan membahas mengenai person centered therapy
(terapi berpusat pribadi). Masih dalam rangka menyelesaikan tugas softskill,
jadi langsung saja kita bahas tentang person centered therapy ini :)
Person centered therapy merupakan terapi yang dicetuskan oleh Carl Rogers. Carl Ransom Rogers
lahir pada tahun 1902. Dia adalah anak keempat dari enam bersaudara dan dia
dibesarkan di sebuah peternakan di Illinois. Tidak seperti Freud yang pada
dasarnya merupakan seorang pakar teori dan menjadikan terapis sebagai kegiatan
sekunder, Rogers merupakan terapis yang sempurna, namun tidak terlalu menyukai
teori. Rogers lebih tertarik untuk membantu orang lain daripada mencari tahu
mengapa mereka melakukan suatu perilaku.
Seperti kebanyakan pakar teori kepribadian, Rogers membangun teorinya
berdasarkan landasan yang diperolehnya sebagai terapis. Tidak seperti sebagian
besar pakar teori lainnya, Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian
empiris untuk mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya.
Mungkin lebih dari para pakar teori terapis lainnya, Rogers menunjukkan
keseimbangan antara pemikiran yang tidak kaku dan studi yang rasional yang
dapat memperluas pengetahuan tentang bagaimana manusia merasa dan berpikir.
Nahh...kurang lebih seperti itu lah penjelasan singkat mengenai Carl
Rogers sebagai pencetus terapi tersebut, selanjutnya kita akan membahas
mengenai Konsep dasar atas Person Centered Therapy.
Konsep Dasar Person-Centered Therapy
Pendekatan person-centered
therapy menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi
dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana
membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat
mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan. Konsep dasar dari terapi
ini adalah hal-hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self) dan
aktualisasi diri.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar
saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam
kesadaran pengalaman sebagai "aku" (I) atau "diriku" (me).
Kemudian, bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat
mereka belajar apa yang terasa baik dan terasa buruk, apa yang terasa
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Selanjutnya, mereka mulai untuk
mengevaluasi pengalaman mereka sebagai pengalaman positif dan negatif,
menggunakan kecenderungan aktualisasi sebagai kriteria.
Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan
mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri merupakan bagian
dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu
sendiri. Secara singkat, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang
dirasakan dalam kesadaran. Rogers mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri
(self-concept) dan diri ideal (ideal-self).
- Konsep Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman
seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik
dengan diri organismik. Bagian-bagian diri organismik berada di luar kesadaran
seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan
dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak
konsisten dengan konsep diri mereka biasanya disangkal atau hanya diterima
dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
- Diri Ideal
Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri
sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya
yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara
diri ideal dengan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan
kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis akan
mellihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka
inginkan secara ideal.
Tujuan Terapi
Rogers (1980) memberikan
penjelasan sesuai dengan logika bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa
mereka dihargai dan diterima tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk
pertama kalinya mereka dapat dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered
therapy adalah untuk membuat klien/pribadi seseorang dapat menghargai dan
menerima diri mereka sendiri dan untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak
bersyarat terhadap diri mereka.
Teknik-Teknik Person-Centered Therapy
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik,
sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klienlah yang berperan
penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu, dimana
klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang
sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis memandang klien sebagai narator
aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang
positif. Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan
aktif, merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan
“hadir” bagi klien, namun tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran,
kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi. Untuk terapis person
centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis. Terapis
harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut;
- Menerima Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
- Keselarasan (congruence) Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
- Pemahaman Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
- Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
- Hubungan yang membawa akibat Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik diatas.
Yaaa jadi kurang lebih seperti itulah Person Centered Therapy. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangannya dalam postingan ini. Semoga bermanfaat :)
Wallaikum salam Wr. Wb
Sumber :
Feist, J & Feist, G. J.(2013).Teori Kepribadian.Jakarta: Salemba Humanika
Latipun.(2008).Psikologi Konseling.Malang: UMM Press
Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Abidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung: PT Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment