My Music

Monday, November 28, 2016

Model Sistem Informasi Psikologi (secara computer): Tes APM secara komputerisasi

Assalamualaikum wr. wb.

Pada postingan kali ini saya hanya akan memperlihatkan contoh flowchart Tes APM secara komputerisasi mulai dari input dan output.



Gambar contoh tes APM secara komputerisasi

Monday, November 7, 2016

Pengertian Elemen sistem, Karakteristik sistem, dan Tes APM

Assalamualaikum wr. Wb.

            Pada postingan kali ini masih dalam rangka penyelesaian tugas, saya akan membahas mengenai system,karakteristik sistem, dengan tes APM serta kaitannya. Tanpa panjang lebar langsung aja kita bahas.

Pengertian Sistem dan Elemen Sistem

Pengertian Sistem


Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian atau sub-sub sistem yang disatukan dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dari sistem tersebut adalah untuk mengorganisasikan sistem informasi yang baru agar dapat mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada suatu organisasi, serta memberikan pengertian mengenai suatu bentuk sistem yang ada pada suatu organisasi serta trik-trik manageman yang berkaitan dengan sistem informasi manageman (SIM) berbasis komputer.

Elemen-Elemen Sistem
Elemen sistem adalah bagian terkecil sistem yang dapat didentifikasikan. Jika sebuah sistem cukup besar yang terdiri dari subsistem-subsistem, maka elemen sistem terdapat pada tingkatan yang paling rendah yang dapat dikategorikan sebagai individu.
Elemen – elemen sistem terdiri dari :
Energi : Memiliki atribut yaitu jumlah dan ongkos energi.
Tenaga Kerja : Memiliki atribut yaitu jumlah tenaga kerja dan upah.
Mesin atau Peralatan : Memiliki atribut yaitu jenis, jumlah, dan kapasitas.
Bahan Baku : Memiliki atribut yaitu harga bahan baku, jumlah bahan baku dan ongkos.
Bahan produk : Memiliki atribut jumlah permintaan, jumlah produk dan harga jual.

Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

Masukan (input)
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lbih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia,  proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.

 Keluaran (output)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

Karakteristik Sistem Informasi

Suatu sistem bisa dikatakan sebagai sebuah sistem informasi apabila memnuhi karakteristik utama dari sebuah sistem informasi. Karakteristik utama ini menunjukkan bahwa sebuah sistem memang benar-benar sebuah sistem yang dapat memberikan arus informasi dari host menuj usernya. Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh sistem informasi:

a. Memiliki Komponen
Karakteristik pertama dari sebuah sistem informasi adalah memilki komponen. Komponen ini merupakan bagian dari sebuah sistem interaksi, dimana keseluruhan komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Setiap komponen atau yang bisa juga disebut sebagai subsistem di dalam sebuah sistem informasi memiliki sifat untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu di dalam sebuah sistem informasi. Jadi, apabila subsitem atau komponen dari sistem informasi ini tidak dapat bekerja optimal, maka keseluruhan sistem informasi yang diimplementasikan tidak akan dapat berjalan secara optimal.

b. Memiliki Batasan atau Boundary
Karakteristik dari sebuah sistem informasi berikutnya adalah sebuah sistem informasi haruslah memiliki sebuah batasan sistem atau yang dikenal dengan istilah boundary. Batasan ini merupakan pembatas dari sebuah sistem informasi dengan sistem informasi lainnya, yang membuat sistem informasi tersebut menjadi satu buah kesatuan sistem informasi yang utuh, dan menunjukkan ruang lingkup yang dimilki oleh sistem informasi tersebut. adi, dengan adanya boundary ini, seuah sistem informasi tidak akan bekerja saling tumpang tindih satu sama lainnya, dan dapat berfungsi sesuai dengan tugas dan juga perannya amsing-masing.

c. Memiliki Lingkungan Luar dari Sistem atau Environment
Karakteristik dari sistem informasi berikutnya adalah memilki lingkungan luar dari sebuah siste, atau yang disebut dengan environment. Environment merupakan keseluruhan sistem dan juga lingkungan yang berad di luar batasan atau boundary dari sebuah sistem informasi. Sebuah sistem akan disebut sebagai sistem informasi, apabila sistem tesebut memilki batasan atau boundary, dan juga memiliki lingkungan luar yang berbatasan langsung dengan sistem informasi tersebut.

d, Memiliki Interface
Interface atau antar muka merupakan karakteristik berikutnya yang harus dimilki oleh sebuah sistem informasi. Ya, suatu sistem akan dianggap sebagai sebuah sistem informasi yang dapat dioperasikan dengan baik dan juga optimal apabila sistem informasi tersebut memilki interface atau antar muka. Interface atau antarmuka ini merupakan media yang digunakan untuk dapat menghubungkan sebuah komponen atau subsistem yang terdapat pada sebuah sistem informasi.

Hal ini mengacu pada karakteristik pertama pada sebuah sistem informasi, dimana sistem informasi memilki beberapa komponen dan juga subsistem yang menjadi dasar terbentuknya suatu keseluruhan sistem. Keseluruhan komponen dan juga subsitem tersebut di hubungkan dengan apa yang disebut denan interface.

Berarti, sudah jelas terlihat, apabila suatu sistem informasi tidak memiliki interface, maka sistem tersebut tidaka akan dapat berjalan dengan optimal.

e. Memiliki Input atau Masukan Sistem
Karakteristik berikutnya dari sebuah sistem informasi adalah sistem input atau masukan. Input system atau sistem masukan ini meruapakan jenis energy yang digunakan untuk dimasukkan ke dalam suatu sistem. Masukan atau input ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a.       Maintenance Input
Maintenance input merupakan input yang berhubungan dengan perawatan suatu sistem, dimana merupakan sebuah energy yang dimasukkan ke dalam sistem informasi, agar sistem informasi tersebut bisa berjalan dengan baik dan optimal.
b.      Signal input
Signal input merupakan energy yang merupakan sinyal, yang artinya, energy ini sangat berpengaruh terhadap proses transfer dan juga transmisi data atau informasi yang dimiliki sebuah host untuk diteruskan melalui sistem informasi menuju keluaran atau output.

f. Memiliki Output atau Keluaran dari Sebuah Sistem
Output atau keluaran merupakan karakteristik dari sistem informasi yang berikutnya. Output merupakan keluaran energy atau hasil yang diteruskan oleh input. Hasil atau output ini bisa berupa tampilnya data dan juga informasi yang muncul pada display user, yang berisi informasi. Dengan adanya output ini , maka setiap user yang menggunakan sistem informasi dapat mengakses dan juga memanfaatkan layanan informasi yang ditujukkan kepada dirinya, sehingga membuat sistem informasi dapat bekerja dengan optimal dan bermanfaat.

g. Memiliki Pengolah dan Pemrosesan Sistem
Karakteristik berikutnya yang harus dimilki oleh sistem informasi adalah sebuah pengolah data atau pemrosesan sistem. Pengolah data atau pemrosesan sistem ini merupakan komponen atau bagian di dalam sebuah sistem informasi yang memilki tugas utama untuk memproses input dari sebuah sistem informasi menadi keluaran atau output dari sebuah sistem informasi.

Singkatnya, processing system ini membantu proses pengolahan data secara keseluruhan yang ada did alam sebuah sistem informasi, lalu mentransmisikan hasil dari pengolahan data tersebut menuju output yang dikeluarkan oleh sistem dan dapat diakses oleh user.

h. Memiliki Sasaran dari Sistem
Karakteristik terakhir merupakan karakteristik yang mungkin paling penting dari sebuah sistem informasi. Karakteristik tersebut adalah sasaran dari sistem. Ya, sasaran dari sistem merupakan analisis berupa siapa saja yang akan menggunakan sistem informasi ini. Tanpa adanya sasaran dari pembuatan sistem, maka sudah pasti sebuah sistem informasi tidak akan bisa bermanfaat dan juga berguna.

Misalnya adalah, sebuah sistem informasi diimplementasikan untuk para auditor dan juga akuntan. Maka jenis dari sistem informasi yang akan diimplementasikan dan juga dikembangkan adalah jenis dari sistem informasi akuntasi, yang berisi data – data keuangan suatu eprusahaan dan juga organisasi.


TES APM (Advanced Progressive Matrices)

APM merupakan salah satu alat tes non verbal yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan-hubungan bagian gambar yg tersaji serta mengembangkan pola fikir yang sistimatis penyajiannya dapat dilakukan secara klasikal dan individu.
APM  tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I         : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II        : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III       : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV       : Kapasitas intelektual Di bawah rata-  rata.
Grade V        : Kapasitas intelektual Terhambat.

Tujuan dari test APM yaitu : 
a. Untuk mengukur kemampuan intelektual orang normal, tanpa batasan waktu umur dan dipakai diatas 11 tahun.
b. Digunakan untuk kemampuan observasi.
c. Untuk mengukur tingkat inteligensi.
d. Untuk analisis tujuan klinis.

Mengenai Tes APM ini, bisa disajikan secara individual maupun klasikal dan tes APM ini bisa untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual diatas normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior sekalipun. Kalau mau tahu nama aslinya adalah Advanced Progressive Matrices yang disusun oleh J.C.Raven pada tahun 1943. Nah, khusus di Indonesia tes APM ini memiliki dua set yakni Set I dan Set II.

Tes ini disajikan dalam bentuk buku Set I berisikan 12 butir soal tes dan Set II berisikan 36 butir soal tes. Waktu yang dipelukan untuk mengerjakan tes ini adalah 45 menit, dimana 5 menit untuk  pengerjaan Set I dan 40 menit untuk Set II. Tentu waktu disini diluar waktu instruksi yang disampaikan oleh tester. Sebagai syarat tes yang baik APM juga memenuhi kaidah Reliabilitas dan Validitas sebuah alat tes.



Seiring dengan perkembangan jaman, tes APM pun dibuat versi aplikasinya sehingga lebih mudah dalam penggunaannya, seperti pada gambar berikut. Tentunya bila dijadikan aplikasi maka tes APM tersebut akan menggunakan system-sistem agar bisa dijalankan. Dan sudah pasti bila menggunakan system maka didalamnya akan terdapat input, process, output dan ,macam-macam karakteristik system sehingga aplikasi tersebut dapat berfungsi seperti yang diinginkan





Model Sistem Informasi Psikologi (secara manual): Tes APM Secara Komputerisasi


Penggunaan sistem informasi dalam tes psikologi akan sangat membantu, seperti pada tes APM. Ketika tes untuk mengukur intelegensi ini memiliki progam sendiri, testee akan dipermudah  untuk mengetahui hasil dari tesnya. Hasil tes akan muncul sesaat testee selesai mengerjakan tes APM. Dan juga dengan adanya pengembangan tes APM dengan menggunakan komputer ini akan meningkatkan kualitas tes itu sendiri karena akan mengurangi human eror dalam hal skoring.

Gambar model Tes APM komputerisasi secara manual


Sekian postingan saya kali ini semoga bermanfaat.


Referensi :
Hartono, J. (2001). Analisis & desain sistem informasi: pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta: Andi.
Yakub. (2012). Pengantar sistem informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
                                                                                        

Sunday, October 9, 2016

Definisi Sistem, Informasi, dan Psikologi

Assalamualaikum wr. wb

Pada postingan kali ini dibuat dalam rangka penyelesaian tugas softskill mata kuliah Sistem Informasi Psikologi. Langsung saja kita bahas :)


Sistem

Menurut Ludwig von Bertalanffy(1940): Pengertian sistem sebagai suatu elemen-elemen yang berada dalam keadaan yang saling berhubungan.

Prof. Prajudi (dalam Amirin, 2010) mengatakan bahwa Pengertian Sistem yaitu suatu jaringan dari prosedur-prosedur yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama dari suatu usaha atau urusan.

Menurut Prof Sumantri (dalam Amirin, 2010) Pengertian Sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu tujuan, apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya, maka tujuan yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan.

Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (dalam Amirin, 2010) mengatakan bahwa Pengertian Sistem yaitu sebuah rangkaian yang saling kait mengkait antara beberapa bagian sampai kepada bagian yang terkecil, jika suatu bagian atau sub bagian terganggu maka bagian yang lain juga ikut merasakan ketergangguan tersebut.


Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu elemen-elemen yang saling berhubungan dan berkait satu sama lain demi suatu tujuan  


Informasi

Menurut Gordon B. Davis (1991: 28), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.

Lani Sidharta (1995: 28) berpendapat bahwa informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang berguna untuk membuat keputusan.

Abdul Kadir (2002: 31) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.

Menurut Jogiyanto HM., (1999: 692), informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah dan disajikan yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Psikologi

Menurut Branca (dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia

Menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental

Menurut Morgan (dalam Basuki, 2008) berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan binatang.

Woodworth & Marquis ( dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi mempelajari aktivitas baik motorik, kognitif, maupun emosional

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku serta proses mental manusia

Jadi kesimpulannya menurut saya,  Sistem Informasi Psikologi adalah suatu elemen-elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang digunakan untuk memproses data yang ada mengenai perilaku serta proses mental manusia

Contoh kasus :
*Contoh Software Tes IQ

Pada dewasa kini sudah banyak penggunaan sistem informasi dibidang psikologi, salah satunya adalah penggunaan pada alat tes psikologi. Banyaknya pendapat mengenai rumit nya tes psikologi membuat beberapa  orang membuatnya lebih mudah dengan membuatkan tes psikologi berbentuk software aplikasi yang dapat diakses lewat pc atau gadget, tentunya dengan tampilan yang lebih sederhana sehingga tidak membuat orang jenuh dalam mengerjakannya.Salah satu yang pernah saya gunakan iyalah software aplikasi tes iq seperti gambar diatas*, aplikasi tersebut diadaptasi dari salah satu tes psikologi yaitu Tes APM. Walaupun dilain sisi hasilnya tidak terlalu valid, tapi setidaknya aplikasi tersebut dapat jadi terobosan yang dapat memecahkan opini mengenai rumitnya dalam mengerjakan tes psikologi

Sekian postingan saya kali ini semoga bermanfaat, wassalam.

Daftar Pustaka :

Amirin, M. Tatang. 2010. Pokok-pokok Teori Sistem. Yang Menerbitkan PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Bertalanffy, L.V, 1968, General System Theory: Foundations, Development, Aplications, New York, George Braziller

Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1, PT Pustaka Binamas Pressindo, Jakarta: 1991

Lani Sidharta,Pengantar Sistem Informasi Bisnis, P.T. ELEX Media Komputindo, Jakarta: 1995

Jogiyanto HM., Analisis dan Disain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offset, Yogyakarta: 1999

Heru, Basuki. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma 


Sunday, July 31, 2016

Review Karakter Film Suicide Squad 2016

Assalamualaikum wr. wb

Pada postingan kali ini akan berbeda dari postingan-postingan yang sebelumnya, karena gue gak akan membahas mengenai psikologi ataupun tes psikologi melainkan mengenai film. Film yang akan dibahas adalah salah satu film box ofifice yang tak akan lama lagi akan tayang yaitu Suicide Squade. Sedikit info bagi yang belum mengetahui menggenai film ini, Suicide squad adalah sebuah film keluaran DC univerce dengan tokoh utamanya ialah super villain. Yaaa film ini memang sedikit agak beda dari film superhero pada umumnya, karena tokoh protagonis disini merupakan para penjahat kelas kakap. Para penjahat ini dikumpulkan oleh pemerintah demi menjalankan misi rahasia khusus dengan imbalan pengurangan masa tahanan mereka. Cukup menarik bukan? dan film ini akan rilis 5 agustus 2016 nanti.

Bagi yang berencana menonton film ini dan belum mengenal karakter-karakter yang ada dalam film ini, disini gue akan memberi sedikit info mengenai karakter yang tergabung dalam suicide squad, check this out

1. Deadshot


Karakter yang diperankan oleh Will Smith ini bernama deadshot. Deadshot merupakan mantan prajurit negara yang kemudian menjadi pembunuh bayaran. Kemampuan deadshot ialah tembakannya yang tidak pernah meleset, oleh sebab itu dia disebut "deadshot"

2. Captain boomerang


Karakter yang diperankan oleh Jai Courtney ini bernama Captain boomerang. Captain boomerang dikenal dengan gayanya yang kurang ajar, dia merupakan orang berkebangsaan Australia yang datang ke Amerika untuk ketenaran dan kekayaan. Kemampuan Captain boomerang ialah keahlian tingkat tingginya dalam menggunakan boomerang. Dia juga merupakan salah satu musuh utama The Flash yang diprediksi akan ada dalam film ini juga.

3. Slipknot


Karakter yang diperankan oleh satu-satunya aktor berdarah indian bernama Adam Beach ini bernama Slipknot. Slipknot merupakan pembunuh bayaran yang bersenjatakan tali.

4. Enchantress


Karakter yang diperankan oleh Cara Delevingne ini bernama Enchantress. Karakter yang satu ini menderita skizofrenia yang membuatnya memiliki kepribadian ganda, kadang menjadi pahlawan kadang menjadi penjahat. Karakter dengan alter ego June moon ini awalnya adalah seorang wanita petualang, tanpa sengaja ia justru membangkitkan makhluk misterius yang memiliki kekuatan sihir. Dia pun akhirnya dirasuki makhluk tersebut sehingga dia memiliki kekuatan sihir.


5. Rick Flag


Karakter yang diperankan oleh Joel Kinnaman ini bernama Rick Flag. Rick Flag merupakan pasukan elit yang diutus untuk memimpin pasukan suicide squad.

6. Katana


Karakter yang diperankan oleh Karen Fukuhara ini bernama Katana. Karakter dengan alter ego Tatsu Yamashiro ini merupakan karakter yang memiliki kemampuan menggunakan pedang tingkat tinggi. senjadanya adalah soultaker, sebilah pedang dengan kekuatan mistis yang dapat mengambil jiwa orang yang dibunuh olehya

7. Killer Croc


Karakter yang diperankan oleh Adewale Akinnuoye-Agbaje ini bernama killer Croc. Dia memiliki kecerdasan rendah tetapi kekuatan besar , serta kemampuan buaya , seperti penciuman yang tajam dan kemampuan untuk menahan air napas untuk jangka waktu yang lama.

8. El Diablo


Karakter yang diperankan oleh Jay Hernandez ini bernama El Diablo. Dia merupakan karakter yang memiliki kekuatan mengeluarkan dan mengendalikan api dari tangannya. Dia merupakan karakter yang tidak suka kekerasan, namun saat marah dia dapat menghabisi lawannya tanpa rasa bersalah

9. Harley Quinn


Karakter yang diperankan oleh Margot Robbie ini bernama Harley Quinn. Dia merupakan karakter yang sangat mencintai Joker hingga ia pun mengubah penampilannya seperti badut agar serupa dengan joker. Karakter ini memang sangat identik dengan Joker, dan dia rela melakukan apapun yang diperintah oleh Joker.

10. Joker


The last.... karakter kesukaaan gue yang diperankan oleh Jared Leto ini bernama Joker. Siapa yang tidak tahu karakter yang satu ini, musuh bebuyutan Batman dari tiap tiap film sebelumnya ini hadir kembali dengan pemeran yang baru. Walaupun karakter ini tidak memiliki kemampuan yang spesial namun dia merupakan musuh paling berbahaya yang dihadapi oleh batman.

Sekian info yang bisa gue berikan
wassalam








Tuesday, June 28, 2016

Terapi Kelompok


Assalamualaikum wr. wb.

Pada postingan kali ini saya akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengan terapi kelompok? lansung saja kita bahas :)

Konsep Terapi Kelompok


            Terapi Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. 
Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah 
dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas
            Sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik gangguan seperti :
- Gangguan konsep diri,
- Harga diri rendah, 
- Perubahan persepsi sensori halusinasi,
- Klien dengan perilaku kekerasan atau agresif dan
- Amuk serta menarik diri/isolasi sosial.
            Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah-masalah secara kelompok, menggali gaya berkomunikasi, belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah, dan belajar peran di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu : kehidupan pribadi klien tidak terlindungi, klien kesulitan mengungkapkan masalahnya, terapis harus dalam jumlah banyak. Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapkan klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga keterampilan hubungan sosial dapat ditingkatkan untuk diterapkan sehari-hari.

Munculnya Gangguan
          Terapi kelompok digunakan apabila pasien yang mengalami karakteristik gangguan seperti kebingungan konsep diri, harga diri rendah, perubahan persepsi sensori halusinasi, kekerasan, atau menarik diri dari lingkungan social yang sudah tidak dapat ditangani lagi oleh terapi yang bersifat individual.

Jenis Terapi Kelompok menurut Rawlins, Wiliams dan Beck (1993) :

1. Kelompok terapeutik
         Bertujuan mencegah masalah kesehatan, mendidik, mengembangkan potensi, meningkatkan kualitas kelompok dengan angota saling bantu dalam menyelesaikan masalah.

2. Terapi kelompok
        Membuat sadar diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan membuat perubahan.

3. Terapi aktivitas kelompok
        Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, dapat juga berupa melakukan hal yang menjadi hobinya seperti menyanyi, saat melakukan hobi, terapis mengobservasi reaksi pasien berupa ekspresi perasaan secara nonverbal.

       Secara umum, dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari terapi kelompok adalah untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, membagi emosi atau perasaan yang dimiliki pasien dan agar pasien mandiri.

Peran Terapis
       Terapis membantu, mendorong pasien secara aktif agar mencapai tujuan-tujuan dari terapi kelompok

Teknik-teknik Terapi
       Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :

       1. Teknik yang melibatkan para anggota
       2. Teknik yang melibatkan pemimpin
       3. Menggunakan babak-babak terapeutik
       4. Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
       5. Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung

       6. Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi

Sekian postingan dari saya, semoga bermanfaat :)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8815830/PROPOSAL_TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK

Rawlins, T.R.P., Williams, S.R., Beck, C.M. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing a Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.

Terapi Keluarga


Assalamualaikum wr. wb

Pada postingan kali ini saya akan membahas mengenai apa sih yang dimaksud dengan Terapi Keluarga? langsung saja kita bahas :)

Pengertian Terapi Keluarga


           Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive (Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953)

Konsep Terapi Keluarga

            Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
    1. the double bind (ikatan ganda)
         Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
    2. family homeostasis (kestabikan keluarga)
            Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem dalam keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan individual/perorangan.

            Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku skizoprenik.
              Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya dengan faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga.
             Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial mereka.


Unsur – Unsur Terapi Keluarga

          Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti  sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
       Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila tidak mungkin untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota kunci keluarga. Tanpa adanya ksadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh anggota keluarga datang atau mau terlibat, namun beberapa system dalam keluarga akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi keluarga.

Tujuan Terapi Keluarga

         Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan dengan keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian, setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.
        Tujuan jangka panjang bergantung pada bagian terapis keluarga, apakah sebagian besar yang dilakukan untuk mengembangkan status mengenali pasien, klarifikasi pola komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta menyebut tujuan primer dan sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8 kemungkinan tujuan. Tujuan yang disebut sebagai tujuan primer ‘mengembangkan komunikasi’ untuk seluruh keluarga, ternyata lebih dipilih ‘mengembangkan otonomi dan individuasi’. Sebagian memilih ‘pengembangan symptom individu’ dan ‘mengembangkan kinerja individu’. Memfasilitasi fungsi individu adalah tujuan utama dari terapi individual, tetapi para terapis keluarga melihat sebagai bukan yang utama dalam proses perubahan keluarga yang luas, khususnya sistem komunikasi dan sikap anggota keluarga yang menghormati anggota lainnya.
        Dalam survei, bagaimanapun, menjadi jelas bahwa para therapists keluarga dengan susah bersatu di dalam metoda dan konsep perawatan keluarga. Hampir semua, Di tahun 1970, ketika itu tritmen keluarga banyak yang utama adalah patient-centered. Anggota keluarga yang lain, memberi informasi menyangkut pasien. Contoh ekstrim yang lain adalah itu merasa terikat dengan suatu pendekatan sistem, sebagai contoh, Satir dan halay. Mereka melihat proses dari permulaan hingga akhir dengan memusatkan pada keluarga dengan harapan perubahan dalam keluarga dan membawa ke arah hidup lebih sehat untuk semua anggota nya. Mereka menekankan proses keluarga dengan individual psychodinamics, dengan perhatian mereka, memusat pada pasien yang dikenali.

Pendekatan Terapi Keluarga

1.      Network therapy

         Secara  logika,  terapi  keluarga  adalah  perluasan  dari  simultan  dengan semua  yang  tersedia  dari  system  kekeluargaan,  teman,  dan  tetangga serta  siapa  saja  yang  berkepentingan  untuk  memupuk  rasa  kekeluargaan   ( Speck and Attneave, 1971).

2.  Multiple-impact therapy

         Multiple-impact  therapy  biasanya  dapat  membantu  remaja pada  saat  mengalami  krisis  situasi  ( MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota tim akan dipasangkan dengan  salah satua atau lebih anggota keluarga dengan beberapa varisasi kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu orang terapist, sedangkan ayah ditangani secara individual sepert halnya anak laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem keluarga menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.

3.  Multiple- family and multiple- couple group therapy

Masa  kegiatan  kelompok  keluarga  selanjutnya  menimbulkan  suatu  keadaan  yang  biasa  untuk  membantu  masalah  emosional ( e.g., Laqueur, 1972 ). Model  ini,  partisipan  tidak  dapat  memeriksa  satu  persatu  dengan  mentransaksi  keluarga  kecil  mereka  tetapi  mengalami  simultan  mengenai  masalah  ekspresi  oleh  keluarga  dan  pasangan  suami  istri. Dengan  demikian,  terapi  kelompok  ini  dapat  menunjang  pemikiran  pada  pasangan  suami  istri.

Sekian postingan saya mengenai terapi keluarga, semoga bermanfaat :)


DAFTAR PUSTAKA

Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision of  Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.

Korchin, Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New York.

Nietzel, Michael. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster /  Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.

Almasitoh, Ummu Hany. (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Magistra.

Sunday, April 3, 2016

Logoterapi

Pada postingan kali ini saya akan membahas mengenai apa yang dimaksud LOGOTERAPI. Langsung saja kita bahas :)

A. Pengertian

Logoterapi adalah istilah dari Viktor E. Frankl untuk bentuk psikoterapinya yang didasarkan upaya memfokuskan klien kepada sebuah pengenalan dan penerimaan dirinya sendiri dengan cara-cara bermakna sebagai bagian dari suatu totalitas, termasuk dunia nyata yang di dalamnya mereka harus berfungsi. Pendekatan Viktor E. Frankl menyatukan elemen-elemen psikologi dinamik, eksistensialisme dan behaviorisme. Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.

B. Tujuan Logoterapi

Tujuan logoterapi menyangkut beberapa hal. Terapis pertama-tama harus memperlebar dan meperluas medan visual dari pasien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk berpusat pada dirinya sendiri dipecahkan karena ia dikonfrontasikan dengan dan diarahkan kepada makna hidupnya. Pemenuhan diri sendiri hanya bisa tercapai sejauh manusia telah memenuhi makna konkret dari keberadaan pribadinya, terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain

1. Menghadapi Situasi Itu.

Diagnosis yang tepat merupakan langkah pertama dalam terapi dan merupakan sesuatu yang penting. Seluruh gangguan fisik pasien merupakan faktor-faktor fisik, psikologis, dan spiritual. Tidak ada neurosis somatogenik, psikogenik, noogenik saja.. tujuan diagnosis adalah menentukan sifat dari setiap faktor dan mengindentifikasi faktor manakah yang dominan. Apabila faktor fisik yang dominan, maka kondisi itu disebut psikosis,dan apabila faktor psikologis yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis. Sebaliknya, apabila faktor spiritual yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis noogenik.

2. Kesadaran akan Simtom.

Dalam menangani reaksi-reaksi neurosis psikogenik, logoterapi diarahkan bukan pada simtom-simtom dan bukan juga pada penyebab psikis, melainkan sikap pasien terhadap simtom-simtom tersebut. Dalam mengubah sikap pasien terhadap simtom-simtom itu, logoterapi benar-benar merupakan suatu terapi yang personalistik.

3. Mencari Penyebab

Logoterapi adalah suatu terapi khusus bagi frustasi eksistensial (kehampaan eksistensial) atau frustasi terhadap keinginan akan makna. Kondisi-kondisi ini jika menghasilkan simtom-simtom neurotic, maka disebut neurosis noogenik. Logoterapi berurusan dengan penyadaran manusia terhadap tanggung jawabnya karena tanggung jawab merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia. Tanggung jawab berarti kewajiban, dan kewajiban tersebut hanya dapat dipahami dalam kaitanya dengan makna, yakni makna hidup manusia. Jadi, logoterapi berkenaan dengan mana dalam berbagai aspek dan bidang-bidangnya. Makna keberadaan itu dapat berupa makna hidup dan mati.

4. Menemukan Hubungan antara Penyebab dan Simtom

Neurosis kecemasan dan keadaan fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi yang ditakuti pasien. Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat kecemasan antisipatori yang mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau menarik diri dari situasi-situasi tersebut, dimana ia merasakan bahwa kecemasanya akan terjadi.

Dalam kasus-kasus yang menyangkut kecemasan antisipatori, teknik logoterapi yang disebut intense paradoksikal (paradoxical intention) sangat berguna

C. Teknik Logoterapi

Dijelaskan dalam Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal, Derefleksi dan Bimbingan Rohani.

1). Intensi Paradoksikal

Teknik intensi paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.

2). Derefleksi

Frankl (dalam Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.

3). Bimbingan Rohani


Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.

Sekisn postingan dari saya, mohon maaf atas kekurangannya :) wassalam.

Sumber :

Wikipedia.org

Puspasari, D., & Alfian, I.N. (2012). Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Postnatal Karena Kecelakaan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental , 1(03)

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Ebook. Yogyakarta: Kanisius